Share

Home Stories

Stories 09 Mei 2023

Sandwich Generation, Imbas Kegagalan Finansial Orangtua

Akibat kegagalan finansial orang tua di masa lalu, anak-anaknya lah yang kini harus menanggung bebannya. Mereka yang dituntut untuk menanggung kebutuh

Ilustrasi seseorrang yang merupakan sandwich generation. - Freepik -

Context.id, JAKARTA - Bergayalah sesuai kemampuan. Mungkin beberapa orang tidak asing dengan istilah ini. Istilah yang juga merupakan sindiran bagi mereka yang tidak membeli barang-barang sesuai dengan isi dompetnya. 

Pada dasarnya, segala pengeluaran seharusnya dikelola secara sadar tanpa mengedepankan gengsi semata. Oleh karena itu, jika dilakukan yang sebaliknya, tentu hal ini dapat mengakibatkan masalah finansial atau mungkin yang lebih dikenal sebagai generasi sandwich.

Pertama kali diperkenalkan oleh warga negara Amerika Serikat, Dorothy Miller dan Elaine Brody pada 1981, isu sosial ekonomi ini terjadi pada beberapa kalangan masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah.

Akibat kegagalan finansial orang tua di masa lalu, anak-anaknya lah yang kini harus menanggung bebannya. Mereka yang dituntut untuk menanggung kebutuhan orang tuanya serta anak-anaknya sendiri. 

Masalahnya, hal ini seakan menjadi lingkaran setan yang sulit terputus. Apalagi pada era modern seperti, saat dunia digital justru memudahkan manusia untuk menghambur-hamburkan uang. Belum lagi ditambah dengan kebutuhan pokok yang terus saja mengalami kenaikan harga. Otomatis, kondisi ini memaksa generasi roti lapis untuk bekerja keras.

Beruntungnya, dikutip dari laman OJK, masyarakat Indonesia didominasi oleh kelompok yang cukup terpelajar dari segi pengetahuan finansial. Maka, pengetahuan yang sudah didalami perlu diterapkan dalam kehidupan.

Masyarakat Indonesia khususnya mereka yang menjadi harapan ekonomi keluarga, harus pandai mengatur keuangan. Mulai dari membiasakan untuk menyisihkan pemasukan, menjauhkan perilaku konsumtif, dan mengelola pemasukan dalam bentuk investasi. 

Mengendalikan diri untuk tidak bernafsu dalam membelanjakan uang yang dimiliki menjadi ‘tameng’. Meskipun tidak mudah untuk dilakukan, masyarakat Indonesia perlu mempelajari lebih lanjut konsep gaya hidup minimalis yang diperuntukan untuk menciptakan ketenangan dan membuat seseorang lebih bahagia. 



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Crysania Suhartanto

Stories 09 Mei 2023

Sandwich Generation, Imbas Kegagalan Finansial Orangtua

Akibat kegagalan finansial orang tua di masa lalu, anak-anaknya lah yang kini harus menanggung bebannya. Mereka yang dituntut untuk menanggung kebutuh

Ilustrasi seseorrang yang merupakan sandwich generation. - Freepik -

Context.id, JAKARTA - Bergayalah sesuai kemampuan. Mungkin beberapa orang tidak asing dengan istilah ini. Istilah yang juga merupakan sindiran bagi mereka yang tidak membeli barang-barang sesuai dengan isi dompetnya. 

Pada dasarnya, segala pengeluaran seharusnya dikelola secara sadar tanpa mengedepankan gengsi semata. Oleh karena itu, jika dilakukan yang sebaliknya, tentu hal ini dapat mengakibatkan masalah finansial atau mungkin yang lebih dikenal sebagai generasi sandwich.

Pertama kali diperkenalkan oleh warga negara Amerika Serikat, Dorothy Miller dan Elaine Brody pada 1981, isu sosial ekonomi ini terjadi pada beberapa kalangan masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah.

Akibat kegagalan finansial orang tua di masa lalu, anak-anaknya lah yang kini harus menanggung bebannya. Mereka yang dituntut untuk menanggung kebutuhan orang tuanya serta anak-anaknya sendiri. 

Masalahnya, hal ini seakan menjadi lingkaran setan yang sulit terputus. Apalagi pada era modern seperti, saat dunia digital justru memudahkan manusia untuk menghambur-hamburkan uang. Belum lagi ditambah dengan kebutuhan pokok yang terus saja mengalami kenaikan harga. Otomatis, kondisi ini memaksa generasi roti lapis untuk bekerja keras.

Beruntungnya, dikutip dari laman OJK, masyarakat Indonesia didominasi oleh kelompok yang cukup terpelajar dari segi pengetahuan finansial. Maka, pengetahuan yang sudah didalami perlu diterapkan dalam kehidupan.

Masyarakat Indonesia khususnya mereka yang menjadi harapan ekonomi keluarga, harus pandai mengatur keuangan. Mulai dari membiasakan untuk menyisihkan pemasukan, menjauhkan perilaku konsumtif, dan mengelola pemasukan dalam bentuk investasi. 

Mengendalikan diri untuk tidak bernafsu dalam membelanjakan uang yang dimiliki menjadi ‘tameng’. Meskipun tidak mudah untuk dilakukan, masyarakat Indonesia perlu mempelajari lebih lanjut konsep gaya hidup minimalis yang diperuntukan untuk menciptakan ketenangan dan membuat seseorang lebih bahagia. 



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Crysania Suhartanto


RELATED ARTICLES

PESTA RAKYAT SAMBUT PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO-WAPRES GIBRAN

Presiden Prabowo Subianto menyapa masyarakat saat melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (20/10/2024).

Thomas Mola . 29 April 2025

Peringatan 70 Tahun Godzilla, dari Kritik Nuklir hingga Krisis Iklim

Pesan dalam Film Godzilla yang secara simbolis menggambarkan kritik terhadap nuklir dan perubahan iklim tetap relevan hingga kini

Crysania Suhartanto . 16 October 2024

Lampu Lalu Lintas Akan Tambah Warna Baru?

Ada usulan penambahan warna putih di lampu lalu lintas sehingga menjadi empat warna testt

Visual . 29 May 2024